KALTARAEKONOMITARAKAN

Inflasi Tarakan Melambat, Kesehatan dan Perawatan Pribadi Jadi Biang Kerok

TARAKAN – Tingkat inflasi Kota Tarakan pada Oktober 2025 tercatat sebesar 2,45 persen secara year-on-year (y-on-y), menunjukkan perlambatan dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya. Kenaikan Indeks Harga Konsumen (IHK) dari 104,53 menjadi 107,09 ini terutama didorong oleh lonjakan harga di sektor kesehatan dan perawatan pribadi, meski deflasi di transportasi memberikan sedikit pelonggaran.

Berdasarkan rilis resmi Badan Pusat Statistik (BPS) Kota Tarakan yang dirilis Senin (10/11/2025), inflasi bulanan (month-to-month/m-to-m) pada Oktober mencapai 0,16 persen, sementara inflasi kumulatif tahun berjalan (year-to-date/y-to-d) sebesar 2,01 persen. Angka ini mencerminkan stabilitas harga secara keseluruhan, meski tekanan inflasi tetap terasa di kelompok pengeluaran esensial rumah tangga.

“Peningkatan IHK y-on-y ini dipicu oleh kenaikan indeks di delapan kelompok pengeluaran utama,” tulis BPS Tarakan dalam rilis resminya.

Kelompok makanan, minuman, dan tembakau menjadi kontributor terbesar dengan kenaikan indeks 3,84 persen, diikuti perumahan, air, listrik, dan bahan bakar rumah tangga (0,46 persen), serta perlengkapan dan pemeliharaan rumah tangga (0,18 persen).

Sementara itu, sektor kesehatan mencatat inflasi tertinggi di 12,49 persen, diikuti kelompok perawatan pribadi dan jasa lainnya yang melonjak 13,23 persen. Kenaikan ini berdampak signifikan terhadap daya beli masyarakat, terutama di tengah musim hujan yang sering memicu peningkatan biaya layanan kesehatan.

IMG 20251110 WA0008
INFLASI : Data BPS Tarakan ini menunjukkan melambatnya inflasi di Tarakan akibat beberapa faktor.

Kelompok lain yang turut naik meliputi informasi, komunikasi, dan jasa keuangan (0,33 persen), rekreasi, olahraga, dan budaya (2,40 persen), pendidikan (0,62 persen), serta penyediaan makanan dan minuman/restoran (1,99 persen).

Di sisi lain, dua kelompok pengeluaran mengalami deflasi, yaitu makanan, minuman, dan tembakau (-0,91 persen) serta transportasi (-3,57 persen). Penurunan ini memberikan ruang bernapas bagi konsumen, khususnya di sektor logistik yang terdampak penurunan harga bahan bakar global. Pemantauan BPS menyoroti 20 komoditas utama yang mendominasi andil inflasi y-on-y, dengan emas perhiasan dan tarif rumah sakit sebagai pendorong terdepan.

Diikuti ikan bandeng/ikan bolu, beras, ikan layang, minyak goreng, bawang merah, air kemasan, krim wajah, nasi dengan lauk, kopi bubuk, udang basah, tukang bukan mandor, kangkung, sigaret putih mesin (SPM), sepeda motor, santan jadi, buku tulis bergaris, pasta gigi, dan ikan mujair.

Sebaliknya, deflasi y-on-y didominasi oleh angkutan udara, cabai rawit, sawi hijau, pengharum cucian/pelembut, kayu balokan, ikan kakap putih, daun bawang, jeruk nipis/limau, baju muslim anak, cabai merah, pembersih lantai, bahan bakar rumah tangga, bawang putih, ikan cakalang/ikan sisik, batu bata/batu tela, obat gosok, baju muslim pria, sepatu olahraga pria, ketimun, dan daun kemangi. Penurunan harga cabai rawit dan angkutan udara, misalnya, mencerminkan pasokan musiman yang melimpah dan stabilisasi harga avtur.

Untuk inflasi m-to-m, komoditas seperti emas perhiasan, ikan bandeng, beras, angkutan laut, kangkung, sabun mandi cair, telur ayam ras, dan popok bayi sekali pakai menjadi penyumbang utama.

Sementara deflasi m-to-m dipicu oleh cabai rawit, angkutan udara, bawang merah, kacang panjang, tomat, daging ayam ras, cabai merah, terong, daun bawang, dan sawi hijau. Secara rinci, andil inflasi y-on-y didominasi kelompok makanan, minuman, dan tembakau (1,13 persen), diikuti perawatan pribadi dan jasa lainnya (1,13 persen).

Kelompok kesehatan berkontribusi 0,35 persen, penyediaan makanan dan minuman/restoran 0,18 persen, perumahan 0,08 persen, pendidikan 0,02 persen, informasi dan komunikasi 0,02 persen, serta perlengkapan rumah tangga 0,01 persen. Rekreasi dan olahraga menambah 0,03 persen. Pada sisi deflasi, kelompok transportasi menyerap tekanan sebesar 0,45 persen, sementara pakaian dan alas kaki 0,05 persen.

“Meski inflasi keseluruhan terkendali di bawah target nasional, pemerintah daerah perlu fokus pada subsidi kesehatan dan stabilisasi harga pangan untuk menjaga kesejahteraan masyarakat Tarakan,” tambah BPS Tarakan.

Data ini menjadi acuan penting bagi pembuat kebijakan di Kalimantan Utara, di mana Tarakan sebagai pusat perdagangan sering menjadi barometer stabilitas ekonomi regional. Dengan inflasi y-to-d di 2,01 persen, prospek akhir tahun tampak positif, asal gangguan rantai pasok seperti cuaca ekstrem dapat diminimalisir. (fir)

Berikan komentarmu!
Show More

Related Articles

Back to top button