Sosek Malindo

  • Kaltara-Sabah Teken Enam Poin Krusial Dalam Pertemuan Sosek Malindo di Sabah

    SANDAKAN, SABAH – Pertemuan forum sosial ekonomi bilateral antara Kalimantan Utara (Kaltara) dan Sabah-Malaysia yang baru saja usai di Sandakan menandai langkah signifikan menuju integrasi ekonomi regional yang lebih mendalam.

    Delegasi Kaltara dari berbagai instansi secara maraton membahas enam pilar utama kerja sama, yang secara kolektif berpotensi mentransformasi kawasan perbatasan dari zona penyangga menjadi “koridor pertumbuhan” strategis di jantung Kalimantan Utara.

    Arah utama pembahasan adalah menghilangkan hambatan non-tarif dan meningkatkan infrastruktur untuk mendorong perdagangan dan investasi yang selama ini tertahan.

    Titik sentral dari kesepakatan yang akan dibawa ke meja Soseknas (Sosial Ekonomi Nasional) adalah percepatan integrasi ekonomi. Ini bukan sekadar pertukaran barang, melainkan upaya mendasar untuk menyinkronkan kebijakan.

    Isu kewenangan pemerintah pusat dan daerah menjadi krusial; para delegasi menyadari bahwa kesepakatan lokal tidak akan efektif tanpa payung hukum bilateral yang kuat, yang hanya dapat dijamin melalui persetujuan di tingkat Soseknas.

    Asisten I Bidang Pemerintahan dan Kesejahteraan Rakyat Pemprov Kaltara, Dato Iqro Ramadhan S. Sos., M.Si, menyebut bahwa sinkronisasi regulasi ini diproyeksikan dapat mengurangi biaya transaksi hingga 15% bagi pelaku usaha lintas batas.

    Pengembangan infrastruktur perbatasan menjadi sorotan utama. Pembukaan Pos Lintas Batas Negara (PLBN) Sungai Nyamuk, Sebatik dan Semengaris-Serudung dipandang sebagai kunci. PLBN ini bukanlah sekadar gerbang fisik, melainkan sebuah “nodus logistik cerdas” yang akan meminimalkan waktu tunggu dan birokrasi, didukung oleh sistem smart border management.

    Dato Iqro Ramadhan menegaskan bahwa kajian ekonomi yang diusulkan harus memodelkan bagaimana arus barang dan jasa yang dipercepat ini akan memicu multiplier effect bagi ekonomi Kaltara, terutama di sektor jasa dan logistik. Visi ekonomi Kaltara memerlukan koneksi global yang lebih baik.

    Bandara Juwata Tarakan yang sudah ditingkatkan menjadi bandara internasional adalah prasyarat fundamental. Dalam konteks ilmu logistik, bandara internasional akan mengubah Tarakan menjadi “hub distribusi sekunder” yang menghubungkan Kalimantan dengan Asia Tenggara, mengurangi ketergantungan pada rute maritim panjang.

    “Ini akan memfasilitasi ekspor produk Kaltara bernilai tinggi dan impor bahan baku penting secara lebih efisien,” jelas Dato Iqro.

    Mekanisme perdagangan barter (barter trade), meskipun tradisional, masih dominan di perbatasan. Namun, untuk menjamin legalitas dan transparansi, forum mengusulkan pembentukan badan pengelola khusus untuk mengatur perdagangan ini. Badan ini akan beroperasi berdasarkan prinsip ekonomi sirkular mikro, memastikan nilai tukar yang adil dan meminimalkan penyelundupan. Ini adalah upaya edukatif untuk mengangkat praktik tradisional ke dalam kerangka ekonomi formal.

    Kesepakatan untuk menyelenggarakan Forum Investasi Kaltara-Sabah secara bergantian adalah strategi proaktif untuk menarik modal. Dengan mempromosikan peluang, terutama di sektor energi, pertanian, dan pariwisata, kedua wilayah berupaya menciptakan arus modal timbal balik.

    Keterbukaan investasi ini tidak hanya membawa dana, tetapi juga transfer teknologi dan praktik bisnis terbaik (best practices) dari Sabah ke Kaltara.

    Dalam ranah regulasi, kedua pihak sepakat bahwa kapal barang Indonesia menuju Malaysia harus memenuhi spesifikasi teknis yang ketat. Ini bukan penghalang, melainkan mekanisme perlindungan yang meningkatkan keselamatan dan kredibilitas. Standarisasi armada niaga ini penting untuk mengamankan rantai pasok maritim dan mengurangi risiko kerugian yang dapat mengganggu alur perdagangan.

    Perdagangan yang didorong oleh Kamar Dagang dan Industri (Kadin) menunjukkan komitmen untuk menjadikan sektor swasta sebagai akselerator utama pertumbuhan.

    Kadin diharapkan menjadi jembatan informasi dan fasilitator negosiasi bisnis, memastikan bahwa inisiatif di tingkat pemerintah diterjemahkan menjadi kontrak dan kegiatan ekonomi riil di lapangan, sejalan dengan prinsip kemitraan publik-swasta yang dianut.

    Sektor perikanan, khususnya komoditas rumput laut, menghadapi isu lintas batas yang kompleks. Forum ini menegaskan perlunya solusi terpadu. Secara ilmiah, rumput laut merupakan komoditas bio-ekonomi penting. Penanganan yang tepat, melibatkan penetapan zona budidaya bersama dan standarisasi mutu produk, akan memaksimalkan nilai ekspor dan kesejahteraan petani di kedua sisi.

    Meskipun fokusnya ekonomi, inisiatif pendidikan dan kesehatan adalah investasi jangka panjang yang vital. Pembukaan sekolah Indonesia di Tawau untuk anak-anak TKI di Sabah adalah upaya edukatif untuk menjamin keberlanjutan modal manusia.

    Pendidikan yang layak memastikan generasi perbatasan di masa depan memiliki keterampilan yang relevan untuk berpartisipasi dalam koridor ekonomi yang sedang dibangun ini.

    Aspek kesehatan menjadi penunjang stabilitas ekonomi. Kesepakatan pertukaran informasi penyakit menular adalah tindakan pencegahan yang penting. Stabilitas kesehatan populasi perbatasan, termasuk para TKI, secara langsung mempengaruhi produktivitas dan mengurangi risiko gangguan pada operasi bisnis dan rantai pasok.

    “Ini adalah strategi manajemen risiko biologis dalam konteks ekonomi perbatasan,” jelas Dato Iqro Ramadhan.

    Secara keseluruhan, pertemuan Sosek Malindo di Sandakan ini berhasil merumuskan cetak biru yang padat dan ambisius. Meskipun masih memerlukan validasi di tingkat Soseknas, visi untuk mengubah Kaltara dan Sabah menjadi pusat gravitasi ekonomi baru di Borneo Utara telah terpahat jelas.

    “Keberhasilan implementasi tergantung pada kecepatan pemerintah pusat Indonesia dalam menindaklanjuti usulan dan memastikan alokasi anggaran yang memadai untuk membumikan semua kesepakatan di lapangan,” tuntas Dato Iqro melalui sambungan telepon malam tadi sekira Pk. 23.00 Wita. (1ku)

Back to top button